Thursday, December 13, 2012

Pikiran dan Alam Semesta


Melihat anaknya giat berlatih kemampuan ‘mengendalikan pikiran’, sang bapak yang seorang petani hanya bisa memberikan support agar semangat dan ketekunannya selalu ada.
“Latihan apa lagi nak hari ini?”
“Mencoba mengendalikan angin dengan pikiran pak”
“Apakah bisa?”
“Tadi waktu berlatih kita mencoba mengubah cuaca dan suhu wilayah pak”
Bagi bapaknya yang seorang petani, hal tersebut tidaklah masuk akal. Bagaimana mungkin cuaca dan iklim bisa dikendalikan? Namun karena sekali lagi, melihat semangat anaknya, sang bapak selalu memberikan semangat untuk terus maju. Dengan rasa penasaran dan keterbatasanya, sang bapak bertanya,
“Nah, bagaimana hal itu bisa terjadi?”
“Ini namanya dunia Quantum. Sebuah dunia yang lebih kecil lagi dari atom yang membentuk semua materi yang ada. Materi yang kita lihat ini dikendalikan oleh susunan Quantum di dalamnya. Nah apabila kita bisa merubah susunan Quantum ini, maka kita bisa mempengaruhi pola kerja apapun juga.”
“Quantum?”
“ya pak, Quantum itu adalah sebuah interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya”
“Apakah bisa untuk mengubah padi-padi bapak subur nak?”
“Bisa pak, bisa! Nanti saya tanyakan dulu sama guru ya pak.”
Semakin hari, latihan anaknya tersebut semakin giat. Dari mengendalikan angin, mencoba mengendalikan api, dan juga mengendalikan air ataupun tanah. Apalagi setelah anak tersebut nonton film ‘Avatar’, wah menjadi semakin hebat semangatnya.
Karena film tesebut ditonton berkali-kali, sang bapak juga bertanya,
“Filmnya bagus banget ya nak?”
“Iya pak. Ini gambaran bahwa kita dapat mempengaruhi alam semesta”
“Jadi kita dapat mengubah lingkungan dengan cara itu nak?”
“Bisa pak!”
“Oh, bapak pikir film itu adalah sebuah metafora yang dicoba diterjemahkan ke dalam dunia hiburan, agar orang yang melihat dapat belajar makna yang ada, jadi bukan secara harafiah lho nak.”
“Enggak pak, ini nyata dan bisa!”
Semakin hari, tambah giat berlatih anak tersebut. Hampir semua waktunya dalam hari-hari digunakan untuk melatih pikirannya.
· Ia duduk di depan lilin yang menyala dan mencoba menggerakkan api lilin ke kiri dan kanan.
· Ia berada di lapangan dan mencoba berbicara kepada angin untuk diarahkannya
· Ia berendam di dalam air untuk mencoba merubah arah aliran air
Bapaknya yang seorang petani berpikiran sederhana, dan semakin melihat bahwa latihan-latihan anaknya banyak menghabiskan waktu sehingga apa yang seharusnya dilakukan untuk lingkungan, saat itu dia abaikan.
Suatu hari sang Bapak memanggil anaknya untuk melihat sawah yang sedang dikerjakannya.
“Nak, sawah ini dulunya tanah yang tidak subur. Namun dengan tekun bapak kelola tanahnya, bapak beri pupuk, dan sekarang dapat bapak Tanami padi”
“Ya, pak, jangan lama-lama disini untuk melihat sawah, aku harus berlatih lagi”
“Berlatih untuk apa lagi nak”
“Supaya aku dapat mempengaruhi alam dengan pikiranku pak”
“Nak, sampai kapanpun engkau tidak akan bisa mempengaruhi alam dan mengubahnya.”
“Bapak tidak tahu, bapak belum belajar makanya tidak tahu”
“Lihatlah dirimu sendiri nak, dan lihatlah sawah bapak. Bapak berhasil mempengaruhi alam dari tanah yang tidak subur menjadi subur. Dengan apa? Dengan tindakan nak. Kamu selalu berlatih dan berlatih sehingga lupa bahwa dirimu sendiri terlebih dahulu yang harus berubah. Manusia tidak akan bisa mengubah lingkungan tanpa dirinya yang berubah terlebih dahulu.
Kamu lupa nak, bahwa yang harus kita perbaiki adalah diri kita, bukan lingkungan, bukan alam semesta. Lingkungan dan alam sudah mempunyai cara kerja dengan sangat rapinya tanpa harus ada campur tangan kita.
Yang harus kita lakukan adalah mempengaruhi pikiran kita sendiri untuk berubah, berubah menjadi lebih baik, lebih sadar, lebih berguna, lebih penuh cinta. Dengan perubahan yang kita awali, kita telah bertindak untuk mengubah lingkungan.
Sang anak sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini belumlah menuju kepada esensi perubahan, karena baru mencari pembuktian. Ia sadar bahwa sang bapak telah menurunkan ilmu hebatnya hari ini, yaitu bahwa perubahan haruslah dimulai dari diri sendiri dengan melakukan tindakan.

No comments:

Post a Comment