Melihat anaknya giat berlatih
kemampuan ‘mengendalikan pikiran’, sang bapak yang seorang petani hanya bisa
memberikan support agar semangat dan ketekunannya selalu ada.
“Latihan apa lagi nak hari ini?”
“Mencoba mengendalikan angin dengan
pikiran pak”
“Apakah bisa?”
“Tadi waktu berlatih kita mencoba
mengubah cuaca dan suhu wilayah pak”
Bagi bapaknya yang seorang petani,
hal tersebut tidaklah masuk akal. Bagaimana mungkin cuaca dan iklim bisa
dikendalikan? Namun karena sekali lagi, melihat semangat anaknya, sang bapak
selalu memberikan semangat untuk terus maju. Dengan rasa penasaran dan
keterbatasanya, sang bapak bertanya,
“Nah, bagaimana hal itu bisa
terjadi?”
“Ini namanya dunia Quantum. Sebuah
dunia yang lebih kecil lagi dari atom yang membentuk semua materi yang ada.
Materi yang kita lihat ini dikendalikan oleh susunan Quantum di dalamnya. Nah
apabila kita bisa merubah susunan Quantum ini, maka kita bisa mempengaruhi pola
kerja apapun juga.”
“Quantum?”
“ya pak, Quantum itu adalah sebuah
interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya”
“Apakah bisa untuk mengubah
padi-padi bapak subur nak?”
“Bisa pak, bisa! Nanti saya tanyakan
dulu sama guru ya pak.”
Semakin hari, latihan anaknya
tersebut semakin giat. Dari mengendalikan angin, mencoba mengendalikan api, dan
juga mengendalikan air ataupun tanah. Apalagi setelah anak tersebut nonton film
‘Avatar’, wah menjadi semakin hebat semangatnya.
Karena film tesebut ditonton
berkali-kali, sang bapak juga bertanya,
“Filmnya bagus banget ya nak?”
“Iya pak. Ini gambaran bahwa kita
dapat mempengaruhi alam semesta”
“Jadi kita dapat mengubah lingkungan
dengan cara itu nak?”
“Bisa pak!”
“Oh, bapak pikir film itu adalah
sebuah metafora yang dicoba diterjemahkan ke dalam dunia hiburan, agar orang
yang melihat dapat belajar makna yang ada, jadi bukan secara harafiah lho nak.”
“Enggak pak, ini nyata dan bisa!”
Semakin hari, tambah giat berlatih
anak tersebut. Hampir semua waktunya dalam hari-hari digunakan untuk melatih
pikirannya.
·
Ia duduk di depan lilin yang menyala
dan mencoba menggerakkan api lilin ke kiri dan kanan.
·
Ia berada di lapangan dan mencoba
berbicara kepada angin untuk diarahkannya
·
Ia berendam di dalam air untuk
mencoba merubah arah aliran air
Bapaknya yang seorang petani berpikiran
sederhana, dan semakin melihat bahwa latihan-latihan anaknya banyak
menghabiskan waktu sehingga apa yang seharusnya dilakukan untuk lingkungan,
saat itu dia abaikan.
Suatu hari sang Bapak memanggil
anaknya untuk melihat sawah yang sedang dikerjakannya.
“Nak, sawah ini dulunya tanah yang
tidak subur. Namun dengan tekun bapak kelola tanahnya, bapak beri pupuk, dan
sekarang dapat bapak Tanami padi”
“Ya, pak, jangan lama-lama disini
untuk melihat sawah, aku harus berlatih lagi”
“Berlatih untuk apa lagi nak”
“Supaya aku dapat mempengaruhi alam
dengan pikiranku pak”
“Nak, sampai kapanpun engkau tidak
akan bisa mempengaruhi alam dan mengubahnya.”
“Bapak tidak tahu, bapak belum
belajar makanya tidak tahu”
“Lihatlah dirimu sendiri nak, dan
lihatlah sawah bapak. Bapak berhasil mempengaruhi alam dari tanah yang tidak
subur menjadi subur. Dengan apa? Dengan tindakan nak. Kamu selalu berlatih dan
berlatih sehingga lupa bahwa dirimu sendiri terlebih dahulu yang harus berubah.
Manusia tidak akan bisa mengubah lingkungan tanpa dirinya yang berubah terlebih
dahulu.
Kamu lupa nak, bahwa yang harus kita
perbaiki adalah diri kita, bukan lingkungan, bukan alam semesta. Lingkungan dan
alam sudah mempunyai cara kerja dengan sangat rapinya tanpa harus ada campur
tangan kita.
Yang harus kita lakukan adalah
mempengaruhi pikiran kita sendiri untuk berubah, berubah menjadi lebih baik,
lebih sadar, lebih berguna, lebih penuh cinta. Dengan perubahan yang kita
awali, kita telah bertindak untuk mengubah lingkungan.
Sang anak sadar bahwa apa yang
dilakukannya selama ini belumlah menuju kepada esensi perubahan, karena baru
mencari pembuktian. Ia sadar bahwa sang bapak telah menurunkan ilmu hebatnya
hari ini, yaitu bahwa perubahan haruslah dimulai dari diri sendiri dengan
melakukan tindakan.
No comments:
Post a Comment